Saat pikiran dari dalam kepala dan kata-kata dari mulut sudah tidak bisa menanggapi lebih lanjut tentang sebuah tulisan, maka hati dari jiwa terdalamlah yang akan memberikan jawaban dengan tepat. Hati dan pikiran yang bersatu akan menciptakan momentum tak tertahankan dalam diri untuk semakin mengekspresifkan diri. Saya tidak sanggup menahan gejolak yang menggebu-gebu dalam diri untuk berhenti menulis. Setiap relung hidup yang saya lewati akan menciptakan sebuah panorama tulisan yang indah yang harus segera direalisasikan secepat mungkin. Terkadang 10 jari tangan mengetik cepat tidak bisa mengimbangi kata-kata yang muncul terus menerus dalam pikiran dan disempurnakan oleh hati. Saya hanya ingin tulisanlah yang akhirnya menunjukkan siapa diri saya yang sebenarnya, manusia fana yang hidup dalam ritus kefanaan duniawi. Tak jarang saya sering merasa tidak "hidup" karena kehilangan kata-kata dalam jiwa, sehingga untuk terus menjaga agar pelita kata dalam diriku tidak pupus, saya sering meluangkan waktu, malah sering berlebih untuk lebih banyak membaca. Membaca apa saja. Dari buku textbook kuliah hingga koran. Dari yang diwajibkan hingga yang hanya selingan saja.
Ya, sekarang saya tidak hanya berprinsip membaca dimana saja dan kapan saja selagi waktu masih ada, tapi saya juga berusaha tetap menjaga aturan dalam diri saya dengan menulis dimana saja dan kapan saja walau yang tersedia hanyalah secarik kertas lusuh dan sebatang pensil patah.
Jakarta, 3 Mei 2009
No comments:
Post a Comment